Sunday 2 August 2009

Surga dan Neraka Membuat Lupa Pengalaman Hidup di Dunia

oleh Ihsan Tandjung

Allah menggambarkan kehidupan dunia ini sebagai senda gurau dan permainan belaka. Sementara kehidupan akhirat sebagai kehidupan yang sebenarnya. Artinya, Allah mengkondisikan kita untuk memandang dunia dengan santai tidak terlalu serius. Karena di dunia ini tidak ada keadaan yang benar-benar bisa dikatakan bahagia atau sebaliknya sedih. Di dunia ini tidak ada keberhasilan hakiki maupun kegagalan sejati. Segala sesuatu di dunia ini bersifat fana alias sementara. Kadang seseorang bahagia kadang seseorang sedih. Kadang ia berhasil kadang ia gagal. Itulah dunia dengan segala tabiat sementaranya.
Sebaliknya dengan kehidupan dunia, kehidupan akhirat merupakan kehidupan sejati. Tidak ada orang berbahagia di akhirat untuk jangka waktu singkat saja. Dan tidak ada pula yang mengalami penderitaan sementara saja, kecuali Allah menghendaki selain itu.
“Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui.” (QS Al-Ankabut ayat 64)
Allah ta’aala menghendaki agar orang bertaqwa memandang kehidupan akhirat dengan penuh kesungguhan karena di sanalah kehidupan sejati akan dijalani manusia. Sedangkan terhadap dunia Allah ta’aala menghendaki orang bertaqwa agar berlaku proporsional saja dan tidak terlampau ngoyo dalam meraih keberhasilannya. Sebab kehidupan dunia ini Allah ta’aala gambarkan sebagai tempat dimana orang sekedar bermain-main dan bersenda-gurau.
Namun dalam kehidupan kita dewasa ini kebanyakan orang malah sangat serius bila menyangkut urusan kehidupan dunia. Mereka siap mengerahkan tenaga, fikiran, dana dan waktu all out untuk menggapai keberhasilan duniawinya. Sedangkan bila menyangkut urusan akhirat mereka hanya mengerahkan tenaga dan waktu sisa, fikiran sampingan serta dana receh. Jika hal ini terjadi kepada kaum kafir alias tidak beriman kita tentu bisa maklumi. Tapi di dalam zaman penuh fitnah ini tidak sedikit saudara muslim yang kita saksikan bertingkah dan berpacu merebut dunia laksana kaum kafir. Allah memang menggambarkan bahwa kaum yang tidak beriman sangat peduli dan faham akan sisi material kehidupan dunia ini. Namun mereka lalai dan tidak memiliki pengetahuan apapun mengenai kehidupan akhirat.
“Mereka hanya mengetahui yang lahir (saja) dari kehidupan dunia; sedang mereka tentang (kehidupan) akhirat adalah lalai.” (QS ArRuum ayat 7)
Sahabat Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ’anhu pernah berkata: ”Bilamana manusia menemui ajalnya, maka saat itulah dia bangun dari tidurnya”. Sungguh tepat ungkapan beliau ini. Sebab kelak di akhirat nanti manusia akan menyadari betapa menipunya pengalaman hidupnya sewaktu di dunia. Baik sewaktu di dunia ia menikmati kesenangan maupun menjalani penderitaan. Kesenangan dunia sungguh menipu. Penderitaan duniapun menipu.
Menuju Kehidupan Sejati
oleh Ihsan Tandjung
Saat manusia berada di alam akhirat barulah ia akan menyadari betapa sejatinya kehidupan di sana. Kesenangannya hakiki dan penderitaannya sejati. Surga bukanlah khayalan dan sekedar dongeng orang-orang tua di masa lalu. Begitu pula dengan neraka, ia bukan suatu mitos atau sekedar cerita-ceirta orang dahulu kala. Surga dan neraka adalah perkara hakiki, saudaraku. Sehingga Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam menggambarkan dengan deskripsi yang sangat kontras dan ekstrim mengenai betapa berbedanya tabiat pengalaman hidup di dunia yang menipu dengan kehidupan sejati akhirat. Perhatikanlah baik-baik hadits di bawah ini:
“Pada hari kiamat didatangkan orang yang paling nikmat hidupnya sewaktu di dunia dari penghuni neraka. Lalu ia dicelupkan ke dalam neraka sejenak. Kemudian ia ditanya: ”Hai anak Adam, pernahkah kamu melihat suatu kebaikan, pernahkah kamu merasakan suatu kenikmatan?” Maka ia menjawab: ”Tidak, demi Allah, ya Rabb.” Dan didatangkan orang yang paling menderita sewaktu hidup di dunia dari penghuni surga. Lalu ia dicelupkan ke dalam surga sejenak. Kemudian ditanya: ”Hai anak Adam, pernahkah kamu melihat suatu kesulitan, pernahkah kamu merasakan suatu kesengsaraan?” Maka ia menjawab: ”Tidak, demi Allah, ya Rabb. Aku tidak pernah merasakan kesulitan apapun dan aku tidak pernah melihat kesengsaraan apapun.” (HR Muslim 5018)
Mengapa orang pertama ketika Allah tanya menjawab bahwa ia tidak pernah melihat suatu kebaikan serta merasakan suatu kenikmatan, padahal ia adalah orang yang paling nikmat hidupnya sewaktu di dunia dibandingkan segenap manusia lainnya? Jawabannya: karena Allah telah paksa dia merasakan derita sejati neraka –sejenak saja- cukup untuk membuat ingatannya akan segala kenikmatan palsu yang pernah ia alami sewaktu di dunia terhapus begitu saja dari ingatannya. Sebaliknya, mengapa orang kedua ketika Allah tanya menjawab bahwa ia tidak pernah melihat suatu kesulitan atau merasakan suatu kesengsaraan, padahal ia orang yang paling susah hidupnya sewaktu di dunia dibandingkan segenap manusia lainnya? Jawabannya: karena Allah telah izinkan dia merasakan kesenangan hakiki surga –sejenak saja- cukup untuk membuat ingatannya akan segala penderitaan palsu yang pernah ia alami sewaktu di dunia terhapus begitu saja dari ingatannya. Subhaanallah wa laa haula wa laa quwwata illa billah...!!!
Saudaraku, sungguh kehidupan dunia ini sangat tidak pantas kita jadikan ajang perebutan dan perlombaan. Sebab menang di dunia pada hakikatnya hanyalah menang yang menipu. Demikian pula sebaliknya, kalah di dunia hanyalah kalah yang menipu. Saat manusia diperlihatkan surga dan neraka di akhirat kelak, sadarlah ia betapa naifnya perlombaan merebut keberhasilan dunia ini dibandingkan dengan kenikmatan hakiki dan abadi surga yang jauh labih patut ia kejar dan usahakan semaksimal mungkin. Sadarlah ia betapa lugunya ia saat di dunia berusaha mengelak dari segala derita dan kesusahan dunia jika dibandingkan dengan derita sejati dan lestari neraka yang jauh lebih pantas ia berusaha mengelak dan menjauh darinya.
Pantas bila Allah gambarkan bahwa saat sudah dihadapkan dengan azab neraka orang-orang kafir bakal berharap mereka dapat menebus diri mereka dengan sebanyak apapun yang diperlukan, andai mereka sanggup. Tentunya pada saat itu mereka tidak sanggup dan tidak berdaya.
“Sesungguhnya orang-orang yang kafir sekiranya mereka mempunyai apa yang di bumi ini seluruhnya dan mempunyai yang sebanyak itu (pula) untuk menebus diri mereka dengan itu dari azab hari kiamat, niscaya (tebusan itu) tidak akan diterima dari mereka, dan mereka beroleh azab yang pedih.” (QS Al-Maaidah ayat 36)

Ya Allah, janganlah Engkau jadikan dunia puncak cita-cita kami dan batas pengetahuan kami. Amin ya Rabb.-

ISLAM : AGAMA DAN PERADABAN MASA DEPAN

by aulia agus iswar
“Ummat Islam akan melalui lima fase masa : masa nubuwwah, masa khilafah ‘ala minhajin nubuwwah, masa mulkan ‘adhon, masa mulkan jabbariyyan, dan masa khilafah ‘ala minhajin nubuwwah.” Begitulah sabda Rasulullah SAW. Masa nubuwwah telah berlalu dengan wafatnya Rasulullah. Masa khilafah ‘ala minhajin nubuwwah juga telah berlalu dengan selesainya masa khalifah rasyidah. Masa mulkan ‘adhon pun juga telah berlalu dengan tiga imperium Islam : Umayyah, Abbasiyyah dan Utsmaniyyah (Ottoman). Setelah runtuhnya Ottoman Empire di Turki (1924) hingga sekarang, umat Islam berada pada masa mulkan jabbariyyan (pemimpin yang semena-mena, penindas, zhalim). Pada masa ini, umat Islam menjalani kehidupannya tanpa eksistensi khilafah (world empire). Karakteristik pada masa ini adalah umat Islam menjadi umat yang tertindas, terjajah, termarjinalkan, terbelakang dan menjadi second class society. Setelah melalui masa ini, umat Islam akan memasuki masa terakhir, yaitu kembali seperti fase masa kedua : khilafah ‘ala minhajin nubuwwah. Umat Islam akan memiliki world empire yang diatur oleh sistem (manhaj, qanun, syari’ah, perundang-undangan) Islam.

Selintas Perjalanan Historis
Da’wah, yang dilakukan oleh Rasulullah selama sekitar 22 tahun 2 bulan 22 hari, telah membuka cakrawala dan cahaya baru bagi masyarakat di Jazirah Arabia, yang menurut Thomas Carlyle dalam Heroes and Hero-Worship (1840), seperti baru terlahir dari kegelapan menuju cahaya. Dimulai dengan impian Rasulullah tentang World Empire yang diatur oleh Islam, seperti dikatakan Joseph Gaer dalam How the Great Religions Began (1962), maka da’wah terus menyebar ke segenap penjuru dunia ; benua Asia, Afrika, Eropa, bahkan Amerika; meliputi Barat dan Timur. Da’wah itupun sampai ke bumi nusantara ini. Islam yang dibawa oleh da’wah itu telah mewarnai bumi nusantara yang sebelumnya berada dalam masa kegelapan : dari hidup di bawah naungan jahiliyyah ke hidup di bawah naungan cahaya Al Quran. Sebelumnya nusantara didominasi oleh agama animisme dan dinamisme, termasuk juga Hindu dan Budha. Tapi ketika da’wah Islam ini sampai ke bumi nusantara, maka Islam pun mendominasi keyakinan masyarakatnya. Kemudian ummat Islam di Indonesia menjadi single majority.

Unsur dan Karakteristik Ajaran Islam
Islam terdiri dari unsur tsawabbit (yang tetap/ qath’i) dan mutaghayyirat (yang dapat berubah-ubah/zhanni). Unsur tsawabit mencakup ushul (ajaran pokok/prinsip), sedangkan unsur mutaghayyirat mencakup furu’ (ajaran cabang). Ajaran ushul haruslah tetap, baku dan tidak boleh diubah-ubah sampai kapan pun (tidak ada fleksibelitas di dalamnya). Sedangkan ajaran furu’ dapat disesuaikan dengan waktu, tempat, situasi dan kondisi (ada fleksibelitas di dalamnya). Di sinilah sifat kemoderatan Islam : perpaduan antara keteguhan prinsip dan fleksibelitas. Islam bukan agama yang kaku dalam artian tidak ada fleksibelitas dalam hal ushul sekaligus furu’. Islam juga bukan agama liberal dalam artian memberlakukan fleksibelitas dalam hal ushul dan furu’ sekaligus. Dan inilah Islam agama pertengahan : tidak kaku dan tidak liberal. Atau dalam istilah lain Islam bukan agama ekstrem (berlebih-lebihan). Universalitas cakupan Islam tidak sempit hanya terpaku pada kredo tapi juga mencakup sistem perekonomian, organisasi sosial, hukum kemasyarakatan, hukum internasional, dll. Karakteristik seperti inilah yang menjadikan Islam mampu berkespansi dan mondial ke segenap penjuru dunia dengan pengadaptasian nilai-nilai Islam sesuai dengan situasi dan kondisi namun tetap menjaga orisinalitas ajarannya.

Berita yang Dijanjikan dan Realitas Kontemporer
Selain tentang lima fase masa di atas, Rasulullah juga telah memberikan sinyalemen masa depan bahwa umat Islam akan kembali menaklukkan bangsa Romawi. Sebelumnya Rasulullah telah memberikan berita bahwa Konstantinopel akan berhasil dikuasai. Berita ini telah terbukti dengan berhasilnya Sultan Muhammad al Fatih II, dan pasukan muslim pada saat itu, menaklukkan Konstantinopel. Ada berita yang belum terealisasikan, yaitu penaklukan bangsa Romawi.
Sinyalemen masa depan tersebut bukanlah hal yang bersifat utopis. Realitas kontemporer dunia sekarang juga menjadi tanda. Dominasi imperium dunia sekarang berada di tangan peradaban Barat (Amerika dan Eropa). Bukti-bukti telah memaparkan bahwa peradaban tersebut telah berada di ambang kehancuran. Peradaban Barat memang maju dari sisi profannya (keduniaan : sains-teknologi, budaya hidup / semangat kerja) tapi mundur pada sisi spiritual-transenden (keakhiratan : aqidah, moral, pendidikan, pemikiran). Peradaban Barat kini tengah mengalami kehausan spiritual setelah sekian lama bergulat dengan kegersangan materialisme. Banyak masyarakat Barat yang “kembali” kepada nilai-nilai spiritual. Jumlah pertumbuhan umat Islam di Barat pun dapat dikatakan cukup pesat. Apalagi, seperti diungkapkan Zainal bidin Ahmad dalam Sejarah Islam dan Umatnya (1979), setelah diadakannya Festival Dunia Islam pertama di London pada tahun 1976, Islam menjadi agama nomor kedua popularitasnya di Eropa, setelah Kristen. Mulailah berdiri masjid-masjid dan Islamic center-Islamic center. Bahkan di kota Roma, yang dianggap suci oleh umat Katholik, telah berdiri masjid yang megah di samping Kathedralnya.
Di Amerika, menurut James Patterson dan Peter Kim (1991), sebagian besar orang Kristen di sana telah mengemukakan bahwa mereka bersedia menentang ajaran agamanya (Kristen). Maka tak heranlah apabila dikatakan Amerika berada di ambang kehancuran dengan kebobrokannya di bidang politik (ketergantungan dari negara yang lain), ekonomi (paling besar hutangnya di dunia kepada PBB), pendidikan (terdapat 55 ilmuwan dari setiap 1000 orang , terdapat sekitar 27 juta orang buta huruf) dan sosial (kriminalitas yang tinggi).
Data statistik di Inggris menyebutkan pada tahun 2004 jumlah umat Kristen yang ke gereja tiap pekannya adalah sekitar 916.000 jiwa. Sedangkan umat Islam yang ke masjid tiap pekannya adalah 930.000 jiwa (sumber : http://www.eramuslim.com/). Data statistik lain, seperti yang dikutip Samuel P. Huntington dalam Clash of Civilizations (1996), menyebutkan Perkiraan Wilayah Teritorial dalam Persentase antara Barat dan Islam dengan luas wilayah dunia sekitar 52.5 juta mil. Wilayah Teritorial Barat 38.7% tahun 1900 menjadi 24.2% pada tahun 1993. Sedangkan wilayah teritorial Islam adalah 6.8% tahun 1900 menjadi 21.1% pada tahun 1993. Populasi Barat pada tahun 1993 adalah 805.4 juta. Sedangkan populasi Islam adalah 927.6 juta pada tahun yang sama. Kemudian persentase penduduk dunia di bawah kontrol politis Barat adalah 44.3% (tahun1900) menjadi 13.1% (tahun 1995). Sedangkan Islam adalah 4.2% (tahun 1900) menjadi 15.9% (tahun 1995).
Sebetulnya, jika kita runut sejarah, maka kita temukan dominasi kontrol politis imperium dunia seolah saling bergiliran antara peradaban yang satu dengan yang lainnya. Setidaknya telah ada empat fase pergiliran :
a. Pada fase menjelang dan awal abad masehi (…s.d. abad 6 M) yang mendominasi adalah peradaban Yunani (Barat) dengan spirit filsafatnya.
b. Pada fase kedua (abad VII s.d. abad XV), dominasi itu berpindah ke peradaban Islam (Timur dan sebagian Barat) dengan integralitas antara agama dan ilmu pengetahuan. Sementara itu di dunia Barat yang lain terjadi periodesasi kegelapan, yang biasa disebut dengan “the dark age”.
c. Fase ketiga (abad XVI s.d. abad XX), dominasi itu berpindah kembali ke dunia Barat. Fase ini disebut dengan zaman modern atau masa industri. Fase ini ditandai dengan peristiwa-peristiwa besar seperti Renaisans, Reformasi, Revolusi Perancis, Revolusi Industri dan Aufklarung.
d. Fase keempat (mulai abad XXI) disebut dengan masa postmodern atau post-industrial age. Fase ini adalah fase di mana filsafat, ilmu pengetahuan dan agama kembali diintegrasikan, bukan didikotomisasikan (disekularisasikan).



Harapan Masa Depan : Kajian Dialog Pemikiran
Banyak penulis futuris yang memprediksikan tentang masa depan peradaban dunia, khususnya Islam. Di antara mereka ada yang menggambarkan sebuah alternatif baru bagi masyarakat dunia. Di antara mereka ada yang menyebutkan secara langsung tentang Islam namun ada juga yang secara tidak langsung, hanya ciri-cirinya saja. Pemikiran-pemikiran mereka sangat mempengaruhi dinamika pergolakan dunia.
Penulis ungkapkan tentang fungsi dan posisi umat Islam sebagai umat pertengahan (wasathiyyah) yang menjadi moderator (saksi/wasit/arbriter) bagi umat manusia. Di sini dapat dikatakan bahwa umat Islam adalah umat penengah atau umat “ketiga”. Terminologi “ketiga”, dalam konteks ini, dapat kita temui pada spirit pemikiran-pemikiran Anthony Giddens, Edward J. Bying, Roger Garaudy bahkan Alvin Toffler.
Anthony Giddens dalam The Third Way menggambarkan suatu alternatif “jalan ketiga” bagi masyarakat dunia masa kini dan masa depan. Jalan pertama dan jalan kedua adalah manifesatsi dari peradaban kiri dan kanan. Kiri di sini adalah ideologi sosialisme-komunisme. Sedangkan kanan adalah ideologi liberalisme (demokrasi dan kapitalisme). Di Barat, kedua peradaban tersebut tidak mampu menjawab tantangan permasalahan dunia. Karena itulah Giddens, yang merupakan penasihat Tony Blair, merumuskan alternatif “jalan ketiga” yang disebut dengan “center-left”. Nilai-nilai “jalan ketiga” tersebut : persamaan, perlindungan atas mereka yang lemah, kebebasan sebagai otonomi, tak ada hak tanpa tanggung jawab, tak ada otoritas tanpa demokrasi, pluralisme kosmopolitan, dan konservatisme filosofis. Nilai-nilai ini secara integral tidak terdapat dalam ideologi manapun di dunia ini. Secara utuh, nilai-nilai ini hanya ada dalam Islam. Hal tersebut akan semakin tampak dalam program-program “jalan ketiga” : pusat yang radikal, negara demokratis baru, masyarakat madani yang aktif, keluarga demokratis, ekonomi campuran baru, kesamaan sebagai inklusi, kesejahteraan positif, negara berinvestasi sosial, bangsa kosmopolitan, dan demokrasi kosmopolitan.
Edward J. Bying dalam De Derde Macht / Kekuatan Ketiga (1956) juga menggambarkan tentang kompetisi dua kekuatan, yaitu kekuatan demokrasi-kapitalis dan diktator-komunis. Tampil di antara mereka suatu kekuatan ketiga yaitu kekuatan Islam. Penulis juga mengingatkan tentang Gerakan Non-Blok. Presiden Aljazair Boumediene menganjurkan tentang terbentuknya “Dunia Ketiga”. Menurut penulis, “Dunia Ketiga” itu adalah Gerakan Non-Blok yang merupakan “Blok Ketiga” setelah kedua Blok sebelumnya (Blok Barat dan Blok Timur).
Roger Garaudy dalam Promeses de’l Islam (1981) menganggap Islam adalah “Warisan Ketiga” bagi Barat, bahkan seluruh dunia, setelah dua warisan sebelumnya : warisan Yunani dan warisan Judeo-Christian. Barat mengakui bahwa peradabannya adalah sebagai warisan ganda, yakni warisan Yunani-Romawi dan warisan Judeo-Christian. Bahkan dapat dikatakan bahwa Barat tidak memiliki dimensi agama dan kebudayaan yang asli. Agama Judeo-Christian berasal dari Timur (Asia). Warisan Yunani-Romawi pun sangat dipengaruhi oleh peradaban Timur sebelumnya.
Alvin Toffler, dalam The Third Wave, berpandangan bahwa hingga kini kehidupan masyarakat dunia telah melalui tiga gelombang. Gelombang Pertama adalah Agricultural Revolution. Gelombang Kedua adalah Industrial Revolution. Sedangkan Gelombang Ketiga adalah Post / Super-Industrial Revolution. Masa industri adalah masa di mana manusia diperlakukan sebagai mesin. Pada masa ini, yang disebut juga dengan zaman modern, ada pergeseran paradigma dari theosentris ke anthroposentris. Anthroposentirs memandang manusia sebagai makhluk yang dapat berbuat untuk dirinya sendiri. Dapat dikatakan di sini bahwa manusia hanyalah makhluk secara materi. Sedangkan masa super-industrial revolution, disebut juga zaman post-modern, nilai-nilai theosentris-religius-transendental mulai bergema kembali. Dengan kata lain, Gelombang Ketiga adalah masa kembali kepada seruan agama-agama.
Tokoh lain yang mensinyalir dan memberikan alternatif religius-spiritual bagi masa dan zaman sekarang adalah John Naisbitt. Dalam Megatrends dan High Tech-High Touch, Naisbitt mengemukakan penadapatnya bahwa kini ada pergeseran dari High Tech ke High Touch, yaitu dari teknologi yang tinggi ke sentuhan (spiritual dan emosional) yang tinggi.
Di sisi lain, ada yang menarik dari perkembangan ilmu psikologi, meskipun baru dikatakan psikologi-popular, yaitu tentang Stephen R. Covey penulis buku motivasi The Seven Habits of Highly Effective People. Baru-baru ini ia menulis buku baru dengan judul The 8th Habit. Dalam bukunya yang baru tersebut ia menyebutkan kebiasaan kedelapan menitikberatkan pada hati nurani. Ia juga menggambarkan tentang empat potensi dalam diri manusia : emosional, spiritual, intelektual dan fisikal. Manusia masa depan adalah manusia yang mampu menyeimbangkan empat potensi ini dalam dirinya. Hal ini sangat sesuai dengan Islam. Selain Covey, banyak juga penulis-penulis lain yang membuat buku-buku motivasi yang berkaitan dengan emotional quotion (EQ), spiritual quotion (SQ), bagaimana bergaul, bagaimana mencapai kebahagiaan, bagaimana mengatasi kesulitan hidup, dan lain-lain. Sebut saja seperti Dale Carnegie, Noorman Vincent Peale, Florance Litaeurer, Anthony Robbins, dll. Buku-buku tersebut bermunculan di abad XX. Sehingga dapat dikatakan bahwa hal ini merupakan respons terhadap kegersangan materialisme pada masa industri / zaman modern.
Pandangan lain datang dari Wilfred Scawen Blunt yang mengatakan bahwa sekurang-kurangnya ada empat faktor yang menguasai dan mempersatukan umat Islam. Dalam The Future of Islam, ia menyebutkan empat faktor itu :
1. The Haj (pilgrimage).
2. Khilafah (the modern question of the Caliphate).
3. TheHolly Mecca (the true metropolis)
4. Reformation (A Mohammedan reformation).
Samuel P. Huntington juga mensinyalir tentang Kebangkitan Islam. Kebangkitan di sini jauh lebih luas daripada reformasi. Perkembangan Islam kini terus bergerak dan melebar. Bermula dari aspek sosio-kultural kemudian ke aspek politik. Manifestasi-manifestasi ini pada umumnya tidak mendapatkan dukungan dari kalangan elit pedesaan, kaum tani dan “golongan tua”. Mereka adalah masyarakat non-urban yang berorientasi modern. Mereka adalah kalangan muda yang berusia sekitar 20 dan 30 tahun. Delapan puluh presen dari mereka adalah lulusan universitas atau perguruan tinggi.
Ternyata sinyalemen kemenangan Islam itu tidak hanya berasal dari nash saja, tapi juga dapat kita cermati dari relaitas kontemporer yang ada dan juga berasal dari pandangan dan prediksi para pakar. Siapkah umat Islam menyambutnya?

Geospirit : Menyatukan Kepingan Puzzle
Barat (Amerika dan Eropa), yang kini masih didominasi Kristian, menampakkan keunggulan spirit Islaminya dalam segi profan (keduniaan) seperti kedisplinan, etos kerja, kebersihan, penguasaan atas sains dan teknologi, sadar lingkungan, dan lain-lain. Sedangkan Timur, yang dominasi Islam ada di dalamnya, menampakkan keunggulan spirit Islaminya dalam segi spiritualitas dan sakralitas (keakhiratan) seperti aqidah, keimanan, ibadah mahdhah, akhlaq, dan lain-lain. Dapat dikatakan, hingga kini, spirit Barat adalah spirit keduniaan sedangkan spirit Timur adalah spirit keakhiratan.
Islam adalah agama dunia dan akhirat sekaligus. Islam bukan agama dunia saja atau agama akhirat saja. Pada saatnya nanti kepingan Timur (yang telah terislamkan) akan bersatu dengan kepingan Barat (yang juga telah terislamkan). Hingga Islam menjadi Al Ustadziyatul Alam. --Wa Allahu Musta’an--.

Thursday 30 July 2009

Bila Amar Ma'ruf Nahi Munkar Diabaikan

Assalamualaikum Wr Wb



Bissmillahirrohmaan irrohiim



Allah SWT mensifati umat Islam dalam Al-Qur'an sebagai umat yang terbaik karena menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar. (Al-Imran [3] ayat 110) yang artinya :


"Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka; di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik”.



Kebaikan Umat Islam ini diperkuat oleh Rasulullah saw.dalam haditsnya yang diriwayatkan oleh Tirmidzi bahwa Rasulullah saw. bersabda tentang ayat 110 surat Ali Imran:



"Kamu melengkapi tujuh puluh umat, kamulah yang paling baik dan paling mulia di sisi Allah."


Kalau kita perhatikan susunan ayat di atas kita dapatkan bahwa penyebutan amar ma'ruf dan nahy munkar (menyuruh kepada yang baik dan mencegah dari yang munkar) didahulukan dari pada penyebutan iman kepada Allah, padahal iman kepada Allah merupakan derajat tertinggi dan lebih dahulu keberadaannya, bahkan amar ma'ruf dan nahy munkar merupakan konsekwensi iman kepada Allah.



Ini menunjukkan bahwa betapa pentingnya amar ma'ruf dan nahy munkar, dan umat yang melakukannya adalah umat yang terbaik, karena umat itu telah mencurahkan segala potensi dan kemampuannya untuk mewujudkan kebaikan dan mencegah timbulnya kejahatan bagi umat manusia.



Karena pentingnya amar ma'ruf dan nahy munkar, Allah SWT memerintahkan umat Islam untuk melakukannya. Firman Allah SWT dalam surat (Al-Imran [3] ayat 104) yang artinya :



"Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung."


Sebagai perintah Allah, sudah barang tentu jika dilaksanakan akan menyebabkan lahirnya berbagai macam kebaikan baik di dunia maupun di akhirat, sebaliknya jika perintah ditinggalkan dan diabaikan akan menyebabkan timbulnya keburukan baik di dunia maupun di akhirat.


Dalam tulisan ini akan diuraikan secara singkat akibat-akibat yang akan timbul jika amar ma'ruf dan nahy munkar ditinggalkan dan diabaikan, agar dalam diri kita timbul rasa takut kalau kita mengabaikan dan menyia-nyiakannya, yang pada akhirnya kita terdorong untuk melakukannya.


Pengertian Amar Ma'ruf Dan Nahy Munkar


Untuk menghindari perbedaan penafsiran tentang amar ma'ruf dan nahy munkar, terlebih dahulu perlu dijelaskan pengertian amar ma'ruf dan nahy munkar.


1. Pengertian amar ma'ruf


Dr. Sayyid Muhammad Nuh menjelaskan dalam bukunya Taujihat Nabawiyyah ' Ala al-Thariq bahwa al-ma'ruf adalah nama yang mencakup semua yang dicintai dan diridhai Allah, baik perkataan, maupun perbuatan lahir dan batin.



Jadi al-ma'ruf mencakup keyakinan, yaitu iman kepada Allah, malaikat Nya, kitab Nya, Rasul Nya, hari akhir dan qadar (takdir).



Juga mencakup ibadah, yaitu shalat, zakat, shaum, haji, jihad, nikah dan thalaq, menyusui anak, pemeliharaan anak, nafkah, iddah dan semacamnya.


Mencakup juga hukum danperundang- undangan seperti mu'amalah maliyyah (transaksi harta), hudud (hukuman-hukuman) , qishash, transaksi-transaksi , perjanjian-perjanji an dan semacamnya. Mencakup juga akhlaq, seperti shidiq (jujur), 'adil, amanah, 'iffah (menjaga diri dari yang haram), setia janji dan semacamnya.

Semuanya itu dikatakan ma'ruf ( yang menurut bahasa berarti dikenal) karena fitrah yang bersih dan akal yang sehat mengenalnya dan menyaksikan kebaikannya.

Jadi pengertian amar ma'ruf ( menyuruh kepada yang ma'ruf ) adalah mengajak dan memberikan dorongan kepada orang untuk melaksanakannya, menyiapkan sebab-sebab dan sarana-sarananya dalam bentuk mengokohkan pilar-pilarnya serta menjadikannya sebagai ciri umum bagi seluruh kehidupan.


2. Pengertian nahy munkar


Al-Munkar (kemungkaran) adalah nama yang mencakup semua yang dibenci dan tidak diridhai Allah, baik perkataan maupun perbuatan lahir dan batin.

Jadi munkar (kemungkaran) mencakup :

* kemusyrikan dengan segala bentuknya,
* mencakup segala penyakit hati seperti riya', hiqd (dengki), hasad (iri),
* permusuhan,
* kebencian dan semacamnya.
* Mencakup juga penyia-nyiaan ibadah seperti shalat, zakat, shaum, haji dan semacamnya.
* Mencakup juga perbuatan-perbuatan keji seperti
1. zina,
2. mencuri,
3. minum khamar (minuman keras),
4. menuduh berzina,
5. merampok,
6. berbuat aniaya dan semacamnya.

· Juga mencakup dusta,

· zalim,

· khiyanat,

· perbuatan hina,

· pengecut dansemacamnya.



Kemungkaran dikatakan munkar karena fitrah yang bersih dan akal yang sehat mengingkari dan menyaksikan kejahatan, kerusakan dan bahaya yang ditimbulkannya.

Jadi pengertian nahy munkar (mencegah dari yang munkar) adalah memperingatkan, menjauhkan dan menghalangi orang dari melakukannya, memutuskan sebab-sebab dan sarana-sarananya dalam bentuk membasminya sampai ke akar-akarnya serta membersihkan kehidupan dari segala bentuk kemungkaran.

Akibat Mengabaikan Perintah Amar Ma'ruf Dan Nahy Munkar


Sebagaimana diungkapkan dalam pendahuluan karena pentingnya amar
ma'ruf dan nahy munkar, Allah memerintahkan umat Islam untuk melakukan amar ma'ruf dan nahy munkar. Ketika kewajiban itu diabaikan dan tidak dilaksanakan, maka pasti orang-orang yang mengabaikan dan tidak melaksanakannya akan mendapat dosa. Tidak ada satu umatpun yang mengabaikan perintah amar ma'ruf dan nahy munkar kecuali Allah menimpakan berbagai hukuman kepada umat itu.

Berikut ini akan disebutkan sebagiannya sebagaimana disebutkan oleh Dr.Muhammad Abdul Qadir Abu Faris dalam bukunya Al-Amru Bil-Ma'ruf Wan-Nahyu'Anil- Munkar dan Dr. Sayyid Muhammad Nuh dalam bukunya Taujihat Nabawiyyah.

1. Azab yang menyeluruh


Apabila kemaksiatan telah merajalela di tengah-tengah masyarakat , sedangkan orang-orang yang shalih tidak berusaaha mengingkari dan membendung kerusakan tersebut, maka Allah SWT akan menimpakan azab kepada mereka secara menyeluruh baik orang-orang yang jahat maupun orang-orang yang shalih. Firman Allah:



“Dan peliharalah dirimu dari siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang
zalim saja di antara kamu.Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya” (QS.Al-Anfal [8] ayat 25).



Imam Muslim meriwayatkan dalam kitab shahihnya dengan sanadnya dari Zainab binti Jahsy bahwa ia bertanya: Wahai Rasulullah, apakah kita akan binasa padahal di tengah-tengah kita ada orang-orang yang shalih?


Rasulullah saw. menjawab: "Ya, apabila kemaksitan telah merajalela."


Abu Bakar r.a. berkata: Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda:

Sesungguhnya jika orang-orang melihat orang yang berbuat zalim lalu tidak mencegahnya, maka hampir saja menimpakan siksa secara menyeluruh kepada mereka.(HR. Tirmidzi).


2. Tidak dikabulkannya do'a orang-orang yang shalih


Apabila suatu masyarakat mengabaikan amar ma'ruf dan nahy munkar serta tidak mencegah orang yang berbuat zalim dari kezalimannya, maka Allah akan menimpakan siksa kepada mereka dengan tidak mengabulkan do'a mereka.


Sabda Rasulullah saw.:

Demi dzat yang diriku ada di tangan-Nya hendaknya kamu menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar, atau Allah akan menimpakan siksa kepadamu kemudian kamu berdo'a kepada-Nya lalu tidak dikabulkan. ( HR. Tirmidzi).


3. Berhak mendapatkan laknat


Di antara hukuman orang yang mengabaikan amar ma'ruf dan nahy munkar adalah berhak mendapatkan laknat, yakni terusir dari rahmat Allah sebagaimana yang telah menimpa Bani Israil ketika mengabaikan amar ma'ruf dan nahy munkar.


Abu Daud meriwayatkan dalam kitab Sunannya dengan sanadnya dari Abdullah bin Mas'ud ia berkata:


Rasulullah saw. bersabda: "Pertama kerusakan yang terjadi pada Bani Israil, yaitu seseorang jika bertemu kawannya sedang berbuat kejahatan ditegur: wahai fulan, bertaqwalah pada Allah dan tinggalkan perbuatan yang kamu lakukan, karena perbuatan itu tidak halal bagimu, kemudian pada esok harinya bertemu lagi sedang berbuat itu juga, tetapi ia tidak menegurnya, bahkan ia telah menjadi teman makan minum dan duduk-duduknya. Maka ketika demikian keadaan mereka, Allah menutup hati masing-masing, sebagaimana firman Allah:


"Telah dilaknati orang-orang kafir dari Bani Israil dengan lisan Daud dan Isa putra Maryam. sampai firman Allah (tapi kebanyakan mereka adlah orang-orang yang fasik). Kemudian Nabi bersabda: "Tidak, sekali-kali jangan seperti mereka. Demi Allah, kamu harus menyuruh kepada yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar dan mencegah orang yang berbuat zalim, kamu harus mengembalikannya ke jalan hak, dan kamu batasi di dalam hak itu. Atau kalau tidak, Allah akan menutup hatimu, kemudian melaknat kamu sebagaimana melaknat mereka."


4. Timbulnya perpecahan


Sudah merupakan aksiomatis bahwa kemungkaran yang paling berat dan dan paling keji dapat menjauhkan syari'at Allah dari realitas kehidupan dan ditinggalkannya hukum-hukum Nya dalam kehidupan manusia.



Apabila hal ini terjadi dan orang-orang diam, tidak mengingkari dan tidak mencegahnya, maka Allah akan menanamkan perpecahan dan permusuhan di kalangan mereka sehingga mereka saling melakukan pembunuhan dan menumpahkan darah. Inilah yang diperingatkan Rasulullah saw kepada umatnya dan beliau mohon perlindungan Allah agar umatnya tidak menemukan hal itu.


Ibnu Majah meriwayatkan dalam kitab Sunannya dengan sanadnya dari Abdullah bin Umar r.a. bahwa ia bekata: Rasulullah saw. datang kepada kami dengan mengatakan: Wahai golongan Muhajirin, Ada lima hal apabila kalian melakukannya , pasti kalian akan ditimpa berbagai macam azab, saya berlindung kepada Allah supaya kalian tidak menemukannya. Tidaklah pemimpin-pemimpin kalian tidak berhukum dengan Al-Qur'an dan memilih hukum selain hukum Allah, kecuali Allah menanamkan perpecahan di antara kalian."


5. Pemusnahan mental


Sebagai kehormatan kepada Nabi Muhammad saw, Allah tidak memusnahkan umat beliau secara fisik sebagaimana yang telah menimpa umat-umat terdahulu seperti kaum Nabi Hud, Shalih, Nuh, Luth dan Syu'aib yang telah mendustakan para Nabi dan mendurhakai perintah Allah. Tetapi bisa saja Allah membinasakan umat Muhammad SAW secara mental.


Maksudnya umat ini tidak dimusnahkan fisiknya, tetap dalam keadaan hidup, sekalipun melakukan dosa dan maksiat yang menyebabkan kehancuran dan kebinasaan, namun walaupun jumlahnya banyak, kekayaannya melimpah ruah, di sisi Allah tidak ada nilainya sama sekali, musuh-musuhnya tidak merasa takut, serta kawan-kawannya tidak merasa hormat. Inilah yang diberitakan Rasulullah saw. ketika umat ini takut mengatakan yang hak dan tidak mencegah orang yang berbuat zalim dari kezalimannya.


Beliau bersabda: "Apabila kamu melihat umatku tidak mau mengatakan kepada orang yang berbuat zalim di antara mereka: "Kamulah orang yang berbuat zalim," maka mereka dibiarkan dalam kemaksiatan yang mereka lakukan dalam keadaan hina." (HR. Ahmad)


Penutup

Demikianlah di antara hukuman Allah akibat diabaikannya amar ma'ruf dan nahy munkar. Cukuplah lima hukuman yang disebutkan di atas menumbuhkan rasa
takut bagi seorang mukmin untuk tidak mengabaikan perintah amar ma'ruf dan nahy munkar, sekaligus mendorongnya untuk melakukan perintah tersebut.















Oleh: Asnin Syafiuddin

http://www.aldakwah .org/mutiara/ index.php? /archives/ 6-Bila-Amar- Maruf-Nahi- Munkar-Diabaikan .html